Gunakan Energi Terbarukan, Bisakah Cryptocurrency Mendorong Inovasi Energi Bersih?

Jonathan Ken
5 min readJan 6, 2022
Bitcoin Photo by Brian Wangenheim on Unsplash

2021 merupakan tahun fantastis bagi penggiat aset kripto atau cryptocurrency. Salah satu instrumen investasi yang kembali viral pada tahun ini memiliki potensi untuk meraup keuntungan maksimal. Bitcoin (BTC) adalah salah satu mata uang digital sekaligus aset kripto terpopuler dibanding ribuan aset kripto lainnya yang sedang beredar di seluruh dunia saat ini.

Cryptocurrency ini mampu menarik banyak orang untuk berinvestasi maupun melakukan trading karena memiliki return yang cukup tinggi karena harganya bergerak sangat fluktuatif. Namun perlu diingat bahwa investasi pada aset kripto ini memiliki profil resiko yang cukup tinggi pula. Artinya investor dapat mendadak kaya ataupun mengalami kerugian besar hanya dalam waktu semalam. Maka dari itu sebelum berinvestasi dengan aset kripto, disarankan untuk melakukan riset mendalam mengenai aset tersebut secara teknikal dan fundamental agar mampu mengenal resiko lebih baik.

Berdasarkan cara kerjanya, Bitcoin diproduksi dengan beberapa komputer bertenaga listrik tinggi yang beradu kecepatan proses dalam memecahkan hash atau teka-teki matematika yang kompleks. Rangkaian proses yang harus dilalui cukup lama dan sangat membutuhkan banyak energi. Proses itu sering kali tergantung pada bahan bakar fosil, terutama batu bara.

Melalui studi ilmiah oleh Joule pada tahun 2019 disebutkan, terus meningkatnya produksi Bitcoin diperkirakan akan menambah 22–22,9 juta metrik ton emisi karbon dioksida per tahun. Angka itu setara dengan emisi yang dihasilkan oleh Yordania dan Sri Lanka. Akibatnya, sejumlah kalangan semakin mengkhawatirkan besarnya emisi yang dihasilkan oleh pertambangan Bitcoin itu.

Tesla dan Cryptocurrency

Pada Bulan Mei 2021 lalu, Elon Musk selaku CEO Tesla mengungkapkan menghentikan pembelian mobil Tesla melalui Bitcoin dengan alasan meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil karena aktivitas penambangan Bitcoin. CEO Tesla tersebut mengaku prihatin terkait peningkatan pesat penggunaan bahan bakar fosil terutama batu bara untuk penambangan dan transaksi Bitcoin karena memiliki emisi paling buruk dari energi apapun. Kabar tersebut menuai banyak reaksi sehingga mampu membuat pergerakan harga Bitcoin mengalami penurunan sekitar 5%.

Sebuah ungkapan yang menohok tersebut dilanjutkan dengan menyimpulkan bahwa cryptocurrency adalah inovasi yang luar biasa dan akan memantau aset kripto yang mampu beroperasi dengan menggunakan sangat sedikit energi dalam bertransaksi. Pernyataan ini diperkuat dengan sebuah cuitan yang dilontarkan Elon Musk melalui platform Twitter-nya sebagai berikut:

“Tesla telah menangguhkan pembelian kendaraan menggunakan Bitcoin. Kami prihatin dengan peningkatan pesat penggunaan bahan bakar fosil untuk penambangan dan transaksi Bitcoin, terutama batu bara, yang memiliki emisi terburuk dari bahan bakar apa pun. Cryptocurrency adalah ide yang bagus di banyak tingkatan dan kami percaya ini memiliki masa depan yang menjanjikan, tetapi ini tidak dapat merugikan lingkungan. Tesla tidak akan menjual Bitcoin apa pun dan kami bermaksud menggunakannya untuk transaksi segera setelah transisi penambangan ke energi yang lebih berkelanjutan. Kami juga melihat mata uang kripto lain yang menggunakan <1% energi per transaksi Bitcoin.”

Elon Musk Tweeting About Tesla and Bitcoin

Bagaimana Cryptocurrency Mampu Berkontribusi dalam Energi Bersih?

Bitcoin tentunya berbenah diri dan perusahaan mobil listrik Tesla kembali menerima metode pembayaran Bitcoin karena telah memverifikasi transaksi Bitcoin menggunakan lebih banyak energi terbarukan. Bitcoin Clean Energy Initiative (BCEI) telah mempublikasikan penemuan mereka tentang transformasi masa depan yang dapat dilakukan Bitcoin pada energi terbarukan, dengan tokoh publik Jack Dorsey dan perusahaan Cathie Woods ikut menulis laporan. Mereka telah menganjurkan bahwa peternakan pertambangan sebenarnya dapat “mempercepat transisi energi global ke terbarukan”.

Dasar dari argumen ini adalah bahwa tenaga surya dan angin lebih murah daripada bahan bakar fosil, namun masalah pasokan dan permintaan saat ini membatasi adopsi mereka. Ini dapat diperbaiki dengan pengenalan pertambangan Bitcoin ke dalam sistem grid yang ada, di mana tambang dapat mengkonsumsi energi berlebih ketika tersedia di grid, dan meminimalkan operasi selama jam konsumsi energi puncak.

Inovasi baru yang dipelopori oleh penambangan Bitcoin untuk pengembangan fasilitas energi terbarukan sedang dilakukan penindakan oleh Greenidge Generation Holdings Inc. Perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan keuntungan dari operasi penambangan Bitcoin mereka untuk menutup Tempat Pembuangan Akhir Lockwood Hills di Dresden, New York. Sebagai pengganti tempat pembuangan sampah, Greenidge bertujuan untuk membangun proyek surya di lahan yang akan berpotensi menghasilkan daya hingga 5 MW. Aktivitas ini akan ,elindungi lingkungan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, dan tentunya menjadi semakin ‘hijau’ dalam penambangan Bitcoin.

Aktivitas Cryptocurrency Saat Ini

Penambangan cryptocurrency yang meningkat seperti Bitcoin selalu menjadi perdebatan hangat. Dilansir dari Cointelegraph (Jumat, 2/10/2020), hasil studi 3rd Benchmarking Cryptoasset Global oleh Universitas Cambridge menemukan lebih dari 39% dari total energi yang dikonsumsi oleh cryptocurrency seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Bitcoin Cash (BCH), dan lainnya telah menggunakan sumber energi terbarukan dalam operasionalnya.

Selain itu, studi dari Universitas Cambridge tersebut mengklaim bahwa 76% aktivitas penambang cryptocurrency menggunakan tenaga listrik dari sumber energi terbarukan sebagai bagian dari bauran energi mereka.

Berdasarkan hasil studi terbaru, pembangkit listrik tenaga air adalah sumber energi paling umum dan popular bagi para penambang. Sekitar 62% penambang dilaporkan menggunakan pembangkit listrik tenaga air. Sumber batu bara dan gas alam menempati posisi kedua dan ketiga masing-masing sebesar 38% dan 36%.

Energi angin, minyak, dan matahari adalah tiga sumber energi umum lainnya untuk penambang cryptocurrency.

Laporan selanjutnya mencatat penambang di Amerika Utara hanya menambahkan 8% dari kekuatan hash, dan sebanyak 63% energi yang dikonsumsi berasal dari energi terbarukan. Sementara di Asia Pasifik menyumbang hampir 77% kekuatan hash Bitcoin, tetapi menggunakan sumber energi terbarukan yang rendah.

Realisasi Energi Terbarukan untuk Cryptocurrency

Inovasi untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan dalam cryptocurrency terus dilakukan tidak hanya bagi penambangan, tetapi juga ekosistem dan transaksi blockchain yang digunakan. Beberapa aset kripto alternatif seperti Cardano dan Solana adalah bukti penerapan renewable energy pada cryptocurrency.

Cardano merupakan aset kripto dengan protokol proof-of-work dan proof-of-stake dimana 99% energi digunakan hanya untuk memilih produsen blok dan jauh lebih menghemat energi. Sebagai perbandingan, Cardano hanya menggunakan 6 GWh (Gigawatt hour) energi setiap tahun, sementara Bitcoin menggunakan 115,85 TWh (Terawatt hour) energi setiap tahunnya.

Aset kripto Solana juga merupakan alternatif yang layak untuk blockchain yang menggunakan sedikit energi dan lebih cepat dalam hal bertransaksi. Solana foundation menetapkan bahwa dalam satu transaksi, Solana hanya membutuhkan energi 1.836 Joule. Sebagai perbandingan perspektif, laporan tersebut menyajikan sejumlah besar kegiatan yang mengkonsumsi lebih banyak energi. Misalnya, satu pencarian Google menghabiskan energi sekitar 1.080 Joule. Artinya, dua pencarian Google akan menghabiskan lebih banyak energi daripada satu transaksi di jaringan Solana.

Yang paling menarik adalah seluruh jaringan Solana hanya mengonsumsi energi sekitar 3.186.000 kWh per tahun. Ini setara dengan penggunaan listrik rata-rata 986 rumah tangga Amerika Serikat.

Fenomena ini membuktikan bahwa pemanfaatan energi terbarukan akan terus selalu dikembangkan bagi seluruh sektor, bahkan dari cryptocurrency sekali pun. Kita semua berhak menjadi investor dalam menjaga lingkungan tetap bersih dalam bidang energi.

Disclaimer: artikel ini tidak mengajak Anda untuk berinvestasi pada aset kripto manapun.

Referensi:

Musharraf, Mohammad. (2020). “Report: 76% crypto miners use renewables as part of their energy mix”. https://cointelegraph.com/

You can buy a Tesla with Bitcoin again, this time via Car For Coin, https://www.prnewswire.com/

Solana’s Energy Use Report: November 2021, https://solana.com/

--

--